Bali Headline – Purnama kesanga, merupakan bulan purnama yang muncul pada bulan kesembilan menurut perhitungan kalender Bali saka, yang hari ini jatuh pada Selasa, 15 Februari 2022.
Menurut keyakinan umat Hindu, bahwa hari ini adalah bulan suci. Sebab beryoganya Ida Sang Hyang Widhi, dalam manifestasi beliau menjadi Ida Bhatara Sang Hyang Chandra atau Dewi Bulan.
“Hari ini merupakan, hari baik untuk memohon anugerah kecemerlangan hati dan pikiran, sehingga memperoleh anugerah kerahayuan dan kerahajengan jagat, baik bhuana agung, maupun bhuana alit kita sendiri,” kata Jero Mangku Ketut Maliarsa, dikutip dari Tribunbali.com.
Di samping itu, karena bulan penuh bersinar terang benderang maka sangat tepat untuk memuja keagungan-Nya dan memohon waranugraha ketenangan pikiran agar dalam bahasa Bali menjadi galang apadang.
Pada bulan inilah, bulan penuh atau sukla paksa dan sering disebut bulan purnama atau bulan purna untuk mencapai sempurna. Sebab sempurna cahayanya, berupa cahaya suci dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan manifestasinya Sang Hyang Chandra serta Sang Hyang Ketu.
“Pada saat bulan purnama inilah kita memohon agar terhindar dari malapetaka karena pengaruh sasih kesanga yang menurut perhitungan kalender Caka dikatakan bulan atau sasihnya bhuta kala, bulan penuh mala (klesa) atau kekotoran,” jelas mantan kepala sekolah ini.
Baca juga: Beginilah Kehidupan Suku Bali Aga Dari Dulu Hingga Kini
Makanya berdasarkan filosofi Hindu, bahwa bulan kesembilan ini sangat tepat untuk melaksanakan upacara Bhuta Yadnya yang nanti puncaknya pada tilem kesanga yang jatuh pada Rabu, 2 Maret 2022. Lalu, dilanjut dengan rangkaian hari suci Nyepi pada hari Kamis, 3 Maret 2022.
“Tujuannya, tidak lain untuk menetralisir, membersihkan hal-hal dari pengaruh negatif agar menjadi positif. Dalam agama Hindu sering disebut “nyomya” bhuta kala agar tidak menganggu ketentraman bhuana alit dan bhuana agung,” sebutnya.
Sehingga hidup menjadi harmonis dan seimbang. Sejalan dengan perhitungan kalender Caka, tidak ada dewasa ayu untuk pelaksanaan Manusa Yadnya dan Dewa Yadnya.
Sebab tidak mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan manifestasinya, bahkan akan berakibat buruk dalam kehidupan umat manusia. Jika dilakukan pada sasih kesanga ini.
“Bahkan kita sebagai umat Hindu disamping melakukan persembahan penyomya bhuta kala, juga harus rajin sembahyang memuja keagungan-Nya. Untuk memperoleh anugerah kerahayuan dan kerahajengan yang dibarengi dengan melaksanakan ajaran kebenaran atau ajaran dharma (agama) sehingga juga terhindar dari malapetaka,” sebutnya.*tribunbali
Berdiskusi tentang ini post