Bali Headline – Gegendu dikenal sebagai salah satu jenis leak yang tidak suka menyakiti manusia. Namun, yang membuat ngeri karena jenis leak yang satu ini suka sekali menakut nakuti manusia terutama saat sandikala.
Menurut penuturan Jro Mangku Budiana, penekun spiritual muda ini bahwa Gegendu merupakan ilmu Leak tingkat Lima, ada 2 jenis perwujudan mahluk jejadian berkaki tiga ini, dia bisa berwujud dengan kepala mirip Kerbau atau Kuda. Perwujudannya hanyalah tipuan semu semata karena Gegendu sejatinya manusia yang berjalan menggunakan tongkat.
Laku ritual dalam penjelmaan menjadi leak Gegendu, orang tersebut akan berjalan menggunakan tongkat, salah satu tangannya dibawa kebelakang punggung seperti posisi istirahat di tempat, istilah Balinya “nyangkling”, kemudian ia berjalan mengitari sesajen sambil membaca doa perubahan wujud dan tertawa, perlahan tubuhnya akan membesar dan ditumbuhi bulu, tangannya yang dibawa ke belakang akan menyatu dengan tubuhnya, tangannya yang memegang tongkat akan berubah menjadi kaki hewan yang berkuku, wajahnya akan berubah menjadi kepala kuda atau kerbau, suara tawanya yang terkekeh kekeh serak menyeramkan dan jika mahluk ini berjalan suaranya
Baca juga: Sakralnya Tari Sanghyang Jaran, Hingga Penari Tak Kepanasan Injak Bara Api
“dug dug gledug….. dug dug gledug…. karena dia berjalan dengan satu kaki di depan dan dua kaki lainnya di belakang, maka perwujudan Gagendu pun telah berhasil. Dijelaskannya kembali bahwa, orang yang bisa berubah wujud menjadi leak Gegendu artinya orang itu sudah mencapai tahapan menengah dalam mempelajari ilmu leak, sarana sesajen digelar biasanya pada waktu ‘sandikala’ yaitu pada saat hari menjelang malam atau mungkin sekarang pindah ke tempat yang sepi ataupun di kuburan.
Apabila suatu saat kita tak sengaja bertemu dengan mahluk ini hal yang bisa kita lakukan adalah dalam keadaan kepepet ambil tanah ditempat kita berada kemudian torehkan dikening dan dilidah sambil mengucapkan mantra.
“Ong angadeg Bhatara Guru ring pabahan ingsun, tan sah angungkuli sarwa kadaden desti, amungkah sakewehing guna kawisesan, muwah kasaktian. Manembah pwa kita mangke sing teka pada anembah ring awak sariranku Ong Ah 3x poma poma poma.”
Akan tetapi pengucapan mantra mantra sakti tidaklah hanya bisa dihafal dan diucapkan begitu saja tanpa adanya taksu dalam diri manusia itu sendiri maka tidak disarankan menerapkan mantra-mantram secara sembarangan tanpa bantuan seorang pembimbing laku spiritual. Penerapan setiap ilmu termasuk ilmu kebathinan diperlukan ketekunan agar mempunyai taksu dan bertuah.
Ajaran Hindu menjabarkan cara-cara mendapatkan pengetahuan dengan benar dengan jalan Gurutah (belajar dari seorang guru/pembimbing), Sastratah (belajar dari sumber lontar/buku-buku ilmu pengetahuan), selanjutnya kemampuan pengembangan diri dan pengalaman seseorang serta timbal balik yang didapat dimasyarakat Swatah dan Paroktah. Terapkan ilmu pengetahuan demi kesejahteraan bukan untuk merusak alam ataupun isinya.
Sumber: Bali Factual News
Berdiskusi tentang ini post